Rabu, 25 Maret 2015

Ribut dengan Pemerintah Israel, Pria Ini Bikin Negara Sendiri

Eli Avivi menemukan sebuah oasis pada 1952. Tanah yang nyaman itu dulunya adalah bekas kampung nelayan yang tak lagi digunakan sejak para penduduknya lari ke Lebanon.

Seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (11/5/2015), Avivi yang kala itu masih muda menangkap ikan di sana. Menjadikan area itu sebagai rumahnya.

Selama lebih dari 10 tahun, ia dan istrinya, Rina mengundang para tetamu, termasuk artis lawas populer Sophia Loren. Namun, pada tahun 1963, Pemerintah Israel berusaha menyingkirkan Avivi dan mengubah areanya menjadi taman nasional.

Buldozer dikirim untuk menghancurkan tempat di mana Avivi berdiri. Dia mengalami sejumlah patang tulang di sejumlah bagian tubuh, untungnya bisa dipulihkan.

Sepuluh tahun kemudian, pemerintah kembali berniat mengusirnya. Caranya, dengan mendirikan pagar di sekitar tempat tinggalnya. Namun, Avivi bergeming.

"Aku punya banyak masalah dengan Pemerintah Israel," kata Avivi kepada BBC. "Mereka tak ingin aku tinggal di sini dan melakukan apapun yang mereka bisa untuk menyingkirkanku. Seperti perang antara pemerintah dan aku."

Alih-alih melawan balik, Avivi merobek paspornya dan mendirikan negara baru pada tahun 1971. Negaranya sendiri. Avivi pun mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Achzivland. Jumlah Populasinya: 2. Dia dan istrinya.

Achzivland punya bendera sendiri bergambar putri duyung, punya gedung parlemen, dan lagu kebangsaannya berupa suara laut.

'Negara' itu memiliki wilayah seluas 3,5 hektar, berbatasan dengan Laut Tengah. Avivi yang kini berusia 85 tahun hidup nyaman bersama istrinya. Menggantungkan hidup dari donasi untuk 'museum nasional Achzivland'.

Barter
Belakangan kesepakatan dicapai antara Israel dan Achzivland. 'Negara mikro' itu memberi pihak Tel Aviv akses ke pantai yang menawan. Sebaliknya, pria itu juga mendapatkan rambu penunjuk resmi dari Kementerian pariwisata agar para wisatawan bisa berkunjung.

Meski pemerintah Israel tak mengakui keberadaan negara Achzivland, namun tidak demikian dengan Lonely Planet.
Sejak 2009,  Achzivland menjadi destinasi wisata, orang-orang di balik buku perjalanan terlaris di dunia itu mengirim para turis ke lokasi yang mereka sebut sebagai 'penuh bangunan yang tak rapi, area perkemahan berumput, 'teras' Laut Tengah yang cantik, dan museum luas yang penuh pernak-pernik berserakan."

Sementara para anggota Trip Advisor juga mengungkap hal baik tentang Achzivland. Di mana paspor para pengunjung dicap oleh pasangan hidup di sana dan membayar tiket murah untuk masuk ke museum yang tua.

"Aku merasa bersemangat saat memutuskan untuk pergi ke sana," kata seorang pengguna. "Namun, lumayan sulit untuk menemukannya."

Pengunjung lainnya mengatakan, "aku seperti menemukan potongan surga di sana." Namun, pengunjung lain tak merasa terkesan. "Itu bukan resor, hanya pantai yang lumayan."

Achzivland, tentu saja, bukan satu-satunya 'negara mikro'. Principality of Hutt River di Australia Barat punya seorang 'putri' hingga Shirley Joy Casley meninggal dunia pada 2013.

Sementara, Principality of Sealand didirikan di pinggir pantai, di perairan Inggris. Ada lagi Freetown Christiania yang didirikan di sebuah pangkalan militer yang ditelantarkan di Denmark. (Ein/Riz)

0 komentar:

Posting Komentar