Sabtu, 04 April 2015

Membongkar Siapa Dalang Pemblokiran Situs Media Islam



"Tapi ada temuan diantara 22 website (radikal), rupanya hampir semua memusuhi Syiah..."

Ratusan umat Islam menggelar pengajian pemblokiran situs Islam di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat (3/4/2015). Diskusi ini dihadiri juga oleh sejumlah media Islam, sedangkan media nasional dilarang untuk meliput.

Berdasarkan pantauan, pengajian ini diikuti oleh jamaah laki-laki dan perempuan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka terlihat khusyu mengikuti pengajian mengenai pemblokiran situs Islam dari 5 pembicara.

Salah satu narasumber mengaku bingung dengan ditutupnya 22 situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan BNPT, karena DPR pun kaget pemerintah main blokir media-media Islam tersebut.

"Sampai hari ni kami merasa aneh kenapa ditutup. Karena ketika ke Komisi I DPR dan wakil DPR, mereka kaget kenapa ditutup. Bahkan DPR akan memanggil Kemenkominfo dan BNPT, karena mereka tidak mungkin radikal tapi ada sesuatu," katanya saat berpidato.

Sementara narasumber bernama Mustofa Nahra masih bingung siapa dalang dengan pemblokiran situs-situs Islam oleh Kemenkominfo dan BNPT.

Sebab, dari 22 website situs Islam yang ditutup itu bukan melulu soal radikal.

"Tapi ada temuan diantara 22 website rupanya hampir semua memusuhi syiah," ujarnya.

Bachtiar Nasir: Ada "Grand Desain"

Ditemui dalam waktu yang sama, Ustad Bachtiar Nasir menjelaskan meski Kemenkominfo dan BNPT memblokir 22 situs media Islam karena dituduh menyebarkan paham radikal, Hal ini tidak dianggap sebagai permusuhan oleh jurnalis Islam.

"Mekominfo bukan musuh kita, karena kemarin saya ditelepon pak menteri dan beliau sudah minta maaf," kata Bachtiar Nasir di Masjid Al-Azhar, Jumat (3/4/2015).

Menurut dia, musuh jurnalis Islam termasuk umat Islam adalah musuh besar yang berada dibalik ini semua yakni orang yang buat grand desain.

"Ini yang perlu kita cari bareng-bareng, makanya kita lontarkan isu dulu. Sementara, isu yang dibawa media Islam sudah menang," ujarnya.

Ia menambahkan, saat ini untuk perang bukan lagi pakai senjata karena zamannya sudah perang media. Tampaknya, Islam keliatannya senapan angin tapi mematikan sehingga sekarang perlu diperbaiki lagi setelah 22 situs media Islam diblokir pemerintah.

"Supaya lebih hebat lagi niatnya diperbaiki, saya kasih amunisinya banyak perang itu banyak ghonimah. Jadi kalau enggak perang enggak dapat ghonimah."

Media ini sarana kita berdakwah memerangi kekufuran, kemusyrikan, kemunafikan," jelas dia.

Bachtiar Nasir mengatakan, ketika media Islam ditutup oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta BNPT itu harus disyukuri karena kalau tidak diblokir sulit untuk menyatukan media-media Islam.

"Tapi setelah kejadian ini semua media Islam bersatu, Alhamdulillah," katanya, Jumat (3/4/2015).

Menurut dia, tampaknya dari pemblokiran ini akan ada hikmah yang lebih baik salah satunya proyek baru yakni berdirinya kantor Berita Islam Nusantara. Sebab, sudah saatnya media Islam berfikir lebih jauh dan harus menjadi media mainstrem.

"Jadi kalau dapat musibah bilang Alhamdulillah 'ala kulli haaal. Memang media Islam begini harus diberangus namun kedepan media Islam harus lebih hebat lagi," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar