Minggu, 10 Mei 2015

Kartunis Charlie Hebdo `Kapok` Gambar Nabi Muhammad

Kartunis Charlie Hebdo Kapok Gambar Nabi Muhammad Kantor Charli Hebdo Kala Aksi Brutal Terjadi
Edisi terakhir Charlie Hebdo yang memuat kartun Nabi dibuat Januari lalu dan laku hingga 8 juta eksemplar.
 Kartunis majalah satir Charlie Hebdo, Luz memastikan takkan lagi menggambar kartun Nabi Muhammad.

Majalah Charlie Hebdo sempat menyita perhatian publik ketika kelompok militan secara brutal menyerang kantor media Perancis tersebut pada Januari lalu.

"Saya takkan lagi menggambar figur Muhammad. Itu tak lagi menarik buat saya," kata Lez kepada media lokal Les Inrockuptible seperti dikutip laman alrabiya.net, Kamis, 30 Mei 2015.
Menurut Luz, dirinya takkan lagi menghabiskan hidupnya untuk menggambar kartun Nabi.

Pada edisi Januari lalu, sebuah gambar Muhammad kembali terpampang dengan tulisan Je Suis Charlie beserta kalimat "Semua Dimaafkan".

Charlie Hebdo kembali membuat kartun tersebut sepekan setelah serangan brutal yang menewaskan 12 orang. Bahkan edisi tersebut laku terjual 8 juta eksempar, rekor untuk media tersebut.

Meski berhenti menggambar figur Muhammad, Luz mengatakan, "Teroris tidak berarti menang."
"Mereka akan mendapatkan kemenangan jika seluruh warga Perancis terus berada dalam ketakutan," tambahnya. 

Rabu, 06 Mei 2015

Penyesalan Pilot AS Setelah Jatuhkan Bom Atom di Jepang

Penyesalan Pilot AS Setelah Jatuhkan Bom Atom di Jepang"Berapa banyak rakyat Jepang yang telah kami bunuh. Tuhanku, apa yang telah kami lakukan," tulis Lewis.
Dream - Menyesal. Itulah ungkapan perasaan Robert Lewis. Dia adalah pilot pesawat Enola Gay yang menjatuhkan bom atom ke Kota Hiroshima, Jepang, pada Agustus 1945.

Lewis, yang menjadi satu dari 12 orang di dalam pesawat pengebom itu, merasa sangat menyesal. Meski bom itu mampu mengakhiri Perang Dunia II, namun di benaknya selalu terbayang korban yang bergelimpangan akibat bom itu.

“Berapa banyak rakyat Jepang yang telah kami bunuh,” tulis Lewis dalam surat yang ditujukan kepada Ayah dan Ibunya, seperti dikutip Dream dari News.com.au, Sabtu 2 Mei 2015.

Bom atom yang dijatuhkan oleh tentara AS ke Hiroshima memang berdampak luar biasa. Kota itu luluh lantak. Diperkirakan sekitar 140.000 manusia tewas. “Tuhanku, apa yang telah kami lakukan,” tambah Lewis.

Salinan surat Lewis itu dilelang pada Kamis kemarin. Surat salinan itu laku US$ 50 ribu atau sekitar Rp 647 juta. Sementara surat aslinya telah laku pada 2002 silam dengan harga delapan kali lipat.


Penyesalan Pilot AS Setelah Jatuhkan Bom Atom di Jepang

Pada 6 Agustus 1945, pesawat Enola Gay yang dipiloti Lewis terbang dari North Field yang berjarak sekitar 6 jam penerbangan dari Jepang. Pesawat itu sampai di langit Jepang pukul delapan pagi waktu setempat dan kemudian menjatuhkan bom atom yang dikenal dengan nama “Little Boy”.

Penyesalan Pilot AS Setelah Jatuhkan Bom Atom di Jepang

Hanya butuh waktu 43 detik bagi “Little Boy” untuk sampai ke tanah Jepang setelah dijatuhkan dari ketinggian 30 ribu kaki atau sekitar 9.144 meter. Bom itu kemudian meledak. Area seluas 10 kilometer persegi luluh lantak.

Sebanyak 80 ribu manusia, atau sekitar 30 persen populasi Hiroshima kala itu, tewas seketika. Sementara 60 ribu lainnya tewas di tahun berikutnya akibat radiasi yang ditinggalkan bom itu.

Penyesalan Pilot AS Setelah Jatuhkan Bom Atom di Jepang

Dalam surat itu, Lewis memberikan sejumlah catatan. Menurut dia, bom atom yang dijatuhkan itu merupakan sukses besar. Dalam surat itu pula dia menulis pengalaman menjatuhkan bom itu tak pernah dialami oleh orang lain selain kru operasi itu. Meski demikian, penyesalannya tak pernah sirna.

“Jika saya hidup seratus tahun, saya tidak pernah bisa melupakan peristiwa itu, walau beberapa menit, dari pikiran saya,” tulis Lewis. 

Bintang Bollywood Salman Khan Dipenjara 5 Tahun

Bintang Bollywood Salman Khan Dipenjara 5 Tahun

Megabintang Bollywood, Salman Khan, dijatuhi hukuman 5 tahun penjara oleh hakim pengadilan India. Salman dinyatakan terbukti bersalah, menyopir mobil SUV dalam kondisi mabuk dan menabrak gelandangan hingga tewas.

Dikutip Dream dari Al Arabiya, Rabu 6 Mei 2015, hukuman itu dijatuhkan oleh hakim D.W. Deshpande. Salman dijerat dengan pasal pembunuhan.

Kecelakaan yang berujung tewasnya seorang tunawisma itu terjadi di Kota Mumbai, pada tahun 2002. Fakta di persidangan mengungkap bahwa Salman meninggalkan lokasi kecelakaan tanpa memberikan pertolongan.

Saat mendengarkan hukuman yang dijatuhkan itu, Salman terlihat tertegun. Seolah tak percaya dengan hukuman yang ditimpakan kepadanya. (Ism) 

Selasa, 05 Mei 2015

Bukti Ada Konspirasi Laga Pacquiao VS Mayweather



Fight of the Century telah berakhir hari Minggu (3/5/2015). Namun perdebatan mengenai kemenangan Floyd Mayweather masih terus terjadi. Banyak yang menilai seharusnya Manny Pacquiao yang memenangi laga unifikasi kelas welter tersebut.

Sepanjang pertarungan di MGM Grand Garden Arena itu, Pacquiao memang lebih banyak menyerang. Sedangkan Mayweather hanya menghindar dengan berlari dan merangkul. 

Kontroversi terjadi karena di akhir laga ketiga juri Glenn Feldman, Burt Clements dan Dave Moretti, memberikan kemenangan mutlak untuk Mayweather.

Dari scorecard yang dirilis usai pertarungan, ketiga juri menilai pukulan Mayweather lebih banyak yang mengenai Pacquiao.

Scorecard yang muncul ke publik kini memunculkan teori konspirasi. Pasalnya dalam scorecard ketiga juri yang menggunakan nama 'putih', 'biru' dan 'pink' memberi warna merah pada setiap kolom poin untuk Mayweather.


Padahal seperti kita ketahui bersama selama pertarungan Pacquiao yang berada di sudut merah. Sedangkan Mayweather di sudut biru. Oleh karena itu muncul dugaan bila telah terjadi kesalahan dan seharusnya yang dinobatkan sebagai pemenang adalah Pacquiao.

Di media sosial, dugaan konspirasi menyeruak. Banyak kicauan yang menilai Pacquiao seharusnya yang memenangi Fight of the Century.

"Pacquiao di sudut merah, Mayweather biru? Mereka telah merampok kemenangan Pacquiao yang pantas dia dapatkan," kicau @LiamFellows.


Sumber: atjehcyber

Yahudi, Bangsa Paling Rasis di Dunia



"Darah saya cukup Yahudi untuk menjadi tentara, tapi tidak setelah itu," teriak seorang wanita di depan polisi antihuru-hara, Kamis pekan lalu di Yerusalem.

"Saudara saya Golani, sebutan untuk unit militer Israel. Begitu juga saya. Tapi saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan," teriak yang lain. "Saya menghadapi perlakuan rasis ketika pindah ke sebuah apartemen."

Kedua suara itu telah cukup untuk menggambarkan apa yang terjadi dengan Yahudi Ethiopia, atau orang Yahudi yang berasal dari Ethiopia. Suara itu telah ada sejak mereka tiba di Israel, antara 1980-an dan 1990-an, tapi baru kali ini meledak menjadi kekerasan di jalan-jalan.

Setidaknya dua kali dalam beberapa hari terakhir Yahudi Ethiopia turun ke jelan, melampiaskan duka terdalam sebagai warga kelas tiga dan mengubahnya menjadi amarah dan amuk.

Polisi Israel memperlakukan mereka tidak ubahnya orang Palestina. Menggunakan kendaraan lapis baja, granat setrum, meriam air, dengan ratusan polisi berpentungan, untuk membubarkan mereka.

Yahudi Ethiopia hanya dua persen dari populasi Israel. Mereka dibawa diam-diam dari Ethiopia, setelah para rabbi mengakui mereka keturunan Suku Dan -- seperti tercatat dalam kitab-kitab suci Yahudi.

Pemicu aksi mereka adalah sebuah video di media sosial, yang memperlihatkan serdadu Yahudi Ethiopia diserang dua polisi Israel dan disiksa.

Tahun 2012, mereka juga pernah berdemo di Knesset untuk mengutuk rasisme. Pnina Tamano-Shata, anggota Knesset dari kalangan Yahudi Ethiopia, menenangkan mereka dengan mengatakan; "Hitam dan putih adalah sama."

Seorang pedemo mengatakan; "Tapi mengapa otoritas kesehatan publik menolak Yahudi Ethiopia menyumbangkan darah." Pertanyaan lain, mengapa pemerintah memaksa perempuan Yahudi Ethiopia membatasi kelahiran, dengan memberi suntikan pencegah kesuburan.

Data lebih menarik, dan sangat menyedihkan, sebanyak 40 persen Yahudi Ethiopia menjadi tentara tapi dengan gaji 100 dolar, Rp 1,2 juta, per bulan. Jumlah yang membuatnya tak bisa bayar tagihan telepon dan makan.

Akibatnya, banyak dari mereka bekerja paruh waktu. Ketika terlambat bertugas, mereka masuk penjara militer dengan alasan mangkir.

Dulu, hanya remaja di atas 18 yang bisa ditahan jika membuat ulah. Kini, remaja yang ditahan adalah mereka yang berusia di bawah 18. Akibatnya, 30 persen remaja Yahudi Ethiopia menghuni rumah tahanan.

Rasisme di Ethiopia memiliki akarnya di tahun 1950-an, ketika kelompok-kelompok migran dari Eropa datang dan orang Arab lokal dianggap orang luar oleh elit Yahudi.

Rasisme di antara Yahudi terus berkembang, dan terlihat jelas di setiap pemilu. Orang-orang Yahudi Eropa; Shepardim dan Azkenazim, menyebut Yahudi Arab -- sering pula disebut Yehudim Aravim atau Yahudi Mizrahi -- Neanderthal.

Yahudi Ethiopia, kendati digambarkan sebagai orang yang ramah, dianggap primitif dan bodoh, yang hanya berhak atas pekerjaan terendah. Mereka juga dijauhi oleh sekolah elit dan masyarakat papan atas.

Yang kini masih diam adalah Yahudi Rusia, atau Yahudi Ultra-Orthodox. Tidak ada sebutan spesifik untuk mereka, tapi elite Yahudi menyingkirkan mereka.

Kini, Yahudi Ethiopia telah berteriak. Pertanyaannya, apakah mungkin mereka bisa mengubah tren yang mengakar sedemikian kuat di masyarakat Yahudi?

Jawabnya; Tidak.

Orang Yahudi mengidentifikasi diri sebagai kulit putih, bukan hitam. Jika demikian, mereka mengingkari kitab suci. Ya, dan itu sesuatu yang telah dilakukan ribuan tahun.

INILAH